Kamis, 31 Mei 2012

Inflasi


INFLASI

Pengertian Inflasi.
Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang di jumpai di hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas pada        ( mengakibatkan kenaikan ), sebagian besar dari harga barang-barang lain. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus-menerus juga perlu di ingat. Kenaikan harga-harga karena misalnya musiman, menjelang hari-hari besar atau yang terjadi sekali saja dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini tidak dianggap sebagai masalah atau “ penyakit ” ekonomi dan tidak memerlukan kebijaksanaan khusus untuk menanggulanginya.
Perkataan “ kecenderungan “ dalam definisi inflasi perlu digaris bawahi kalau seandainya harga-harga dari sebagian besar barang diatur atau ditentukan oleh pemerintah, maka harga-harga yang dicatat oleh Biro Statistik mungkin tidak menunjukan kenaikan apapun ( karena yang dicatat adalah harga-harga “ resmi ” pemerintah). Tetapi mungkin dalam realita ada kecenderungan bagi harga-harga terus menaik. Keadaan ini tercermin dari, misalnya adanya harga-harga “ bebas ” atau harga-harga “ tidak resmi ” yang lebih tinggi dari harga-harga “ resmi ” dan yang cenderung menaik. Dalam hal ini masalah inflasi sebeulnya ada tapi tidak diperkenankan untuk menunjukan dirinya. Keadaan ini disebut “ suppressed inflation ” atau “ inflasi yng ditutupi “ yang pada sewaktu-waktu akan timbul dan menunjukan diriny karena harga-harga resmi makin tidak relevan dalam kenyataan.
2

FAKTOR-FAKTOR INFLASI
Factor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut
a. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa
b. Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.
c. Kenaikan harga barang impor
d. Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru
e. Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. akibatnya angka inflasi mencapai 70%.
MACAM-MACAM INFLASI
            Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam-macam inflasi dan penggolongan mana yang kita pilih tergantung pada tujuan kita.
            Penggolongan pertama didasarkan atas “ parah ” tidaknya inflasi tersebut. Disini kita bedakan beberapa macam inflasi :
  1. Inflasi ringan ( dibawah 10% setahun );
  2. Inflasi sedang ( antara 10 – 30% setahun );
  3. Inflasi berat ( antar 30-100% setahun );
  4. Hiperinflasi ( diatas 100% setahun );


3
Penentuan parah tidaknya inflasi tentu saja sangat relatif dan tergantung pada  “ selera “ kita untuk menamakannya dan lagi sebetulny kita tidak bisa menentukan parah tidaknya suatu inflasi hanya dari sudut inflasi saja, tanpa mempertimbangkan siapa-siapa yang menanggung beban atau yang memperoleh keuntungan dari inflasi tersebut. Kalau seandainya laju inflasi adalah 20% dan semuanya berasal dari kenaikan harga dari barang-barang yang dibeli oleh golongan yang berpenghasilan rendah, maka seharusnya kita menamakannya inflasi yang parah.
Atas dasar ini kita bedakan 2 macam inflasi :
1.      inflasi yang timbul karena permintaan akan masyarakat akan berbagai barang yang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation
2.      inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Ini disebut cost inflation.
DAMPAK-DAMPAK INFLASI
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8b/Silk_Workers.jpg/200px-Silk_Workers.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.pngPekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan adanya Inflasi.Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi.


4
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
5
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar