INFLASI
Pengertian Inflasi.
Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang di jumpai di
hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat dari inflasi
adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali bila kenaikan tersebut meluas pada ( mengakibatkan kenaikan ), sebagian
besar dari harga barang-barang lain. Syarat adanya kecenderungan menaik yang
terus-menerus juga perlu di ingat. Kenaikan harga-harga karena misalnya
musiman, menjelang hari-hari besar atau yang terjadi sekali saja dan tidak
mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini
tidak dianggap sebagai masalah atau “ penyakit ” ekonomi dan tidak memerlukan
kebijaksanaan khusus untuk menanggulanginya.
Perkataan “ kecenderungan “ dalam definisi inflasi perlu digaris bawahi
kalau seandainya harga-harga dari sebagian besar barang diatur atau ditentukan
oleh pemerintah, maka harga-harga yang dicatat oleh Biro Statistik mungkin
tidak menunjukan kenaikan apapun ( karena yang dicatat adalah harga-harga “
resmi ” pemerintah). Tetapi mungkin dalam realita ada kecenderungan bagi
harga-harga terus menaik. Keadaan ini tercermin dari, misalnya adanya
harga-harga “ bebas ” atau harga-harga “ tidak resmi ” yang lebih tinggi dari
harga-harga “ resmi ” dan yang cenderung menaik. Dalam hal ini masalah inflasi
sebeulnya ada tapi tidak diperkenankan untuk menunjukan dirinya. Keadaan ini
disebut “ suppressed inflation ” atau “ inflasi yng ditutupi “ yang pada
sewaktu-waktu akan timbul dan menunjukan diriny karena harga-harga resmi makin
tidak relevan dalam kenyataan.
2
FAKTOR-FAKTOR INFLASI
Factor-faktor
yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut
a.
Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan barang dan jasa
b.
Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.
c.
Kenaikan harga barang impor
d.
Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru
e.
Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun
1998. akibatnya angka inflasi mencapai 70%.
MACAM-MACAM INFLASI
Ada berbagai cara untuk
menggolongkan macam-macam inflasi dan penggolongan mana yang kita pilih
tergantung pada tujuan kita.
Penggolongan pertama didasarkan atas
“ parah ” tidaknya inflasi tersebut. Disini kita bedakan beberapa macam inflasi
:
- Inflasi ringan ( dibawah 10% setahun );
- Inflasi sedang ( antara 10 – 30% setahun );
- Inflasi berat ( antar 30-100% setahun );
- Hiperinflasi ( diatas 100% setahun );
3
Penentuan parah tidaknya inflasi tentu saja sangat relatif dan tergantung
pada “ selera “ kita untuk menamakannya
dan lagi sebetulny kita tidak bisa menentukan parah tidaknya suatu inflasi
hanya dari sudut inflasi saja, tanpa mempertimbangkan siapa-siapa yang
menanggung beban atau yang memperoleh keuntungan dari inflasi tersebut. Kalau
seandainya laju inflasi adalah 20% dan semuanya berasal dari kenaikan harga
dari barang-barang yang dibeli oleh golongan yang berpenghasilan rendah, maka
seharusnya kita menamakannya inflasi yang parah.
Atas
dasar ini kita bedakan 2 macam inflasi :
1. inflasi yang timbul karena permintaan akan
masyarakat akan berbagai barang yang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation
2. inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi.
Ini disebut cost inflation.
DAMPAK-DAMPAK INFLASI

4
Apabila inflasi itu ringan, justru
mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih
baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu
pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi),
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang
menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau
mengadakan investasi
dan produksi
karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti
pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan
menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot
dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat
yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh
seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya
tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang
mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha,
tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai
yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang
semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat
inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan
menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang
dunia usaha membutuhkan dana dari bank
yang diperoleh dari tabungan masyarakat.Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur),
inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur,
nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur
atau pihak yang meminjamkan uang
akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika
dibandingkan pada saat peminjaman.
5
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang
diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi,
produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi
pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi
hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan
produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu.
Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut
mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan
berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar